CERPEN REMAJA - Kunang-Kunang yang Entah Dimana Lagi
Ini sebernarnya adalah cerpen,
mungkin. Ini cerpen aku tulis ketika aku masih duduk di bangku SMA tapi
belum sempat aku publish karena lupa,
iya lupa naroh ini cerpen dimana, nah sekarang ketemu jadi aku publish aja,
jangan dibaca cukup dipandang baik- baik perkata demi kata, eittss sama aja
yak??? Hahaha, okedeh selamat menikmati. Cerita ini hanyalah fiktif belaka jika
terjadi kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian jangan diresapi yah cukup
dipikirkan aja pagi, siang , dan malam sebelum tidur. Awas ini cerpen aku tulis
ketika aku masih terkena alay syndrome
ceritanya remaja banget....
Di suatu malam ketika aku (putri) jalan-jalan menyusuri keramaian kota Yogyakarta, bersama Jani,
Sandra, Briggita. Aku adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, kakakku Putra
namanya. Mereka adalah korban broken home keluarganya. Sejak orangtuanya
bercerai Putri menjadi nakal dan membenci ibunya. Tetapi Putra, rupanya ia
telah dewasa, ia berusaha keras untuk kuliahnya meskipun ayahnya tidak
membiayainya lagi. Mereka berdua tinggal bersama ibunya, sedangkan ayah menikah
lagi dengan wanita lain yang usianya tidak jauh dari Putri.
Suatu pagi, kriing.. krriing... kriiing...alarm menujukkan pukul 06.45
berrbunyi. “Putri , Putri bangun, nak!” Perintah ibunya. “aahh... aku gak mau
bangun... kenapa sih ibu ini, aku lagi enak-enak tidur diganggu” Bantah putri.
“sudah siang nak, nanti terlambat sekolah” Saran ibu.
Ia melihat jam wekkernya dan malah menyalahkan ibunya kenapa tak
membangunkannya dari pagi. Hampir setiap pagi, kejadian ini berulang. Karena
putri sering keluar malam harinya. Ia berangkat kesiangan, kena marah
gurunya. Jam pertama ulangan fisika.
Putri tidak menghapal, bahkan ia baru ingat, hasilnya jeblok. Teman-temanya
Sandra, Briggita dan Jani pun ikut mengucilkannya tanpa alasan yang jelas.
Banyak kesialan yang Putri alami sehari ini. Ia ingat hari ini tanggal
17, itu berarti bulan depan hari ulang tahun mamanya .Tapi ia mengacuhkannya.
Ia langsung pulang menuju rumah.
Putra, kakaknya datang kerumah bersama Adrian teman karibnya. Putri yang
sifatnya acuh tak acuh pada Adrian, tidak menanggapi siapa saja yang datang
kerumah. Adrian adalah calon psikolog yang diminta tolong oleh Putra agar
meluruskan kembali sifat putri seperti dulu lagi.
“ put.. put.. sini sebentar, Ini kak Adrian” panggil putra.
“terus ada urusan apa sama gue?” tangkas Putri.
“Oh gak kok cuma pengen kenal aja!” balas adrian sembari melemparkan
senyum manisnya.
Beberapa hari terakhir ini ada hal yang aneh, Adrian selalu mendekatinya
dimana saja ia berada tiba-tiba Adrian muncul,
Ia terus mendekatinya. Adrian memberi ia boneka, bunga mawar, kata-kata
romantis dan Putri fikir, adrian suka padanya. “emang sih Adrian ganteng, tapi
apa gue bakal suka ama dia?” Pikir Putri
Adrian selalu menuliskan kata-kata romantis dan berisi nasihat atas sikap
ia pada ibunya . lama-lama Putri pun jatuh cinta pada Adrian. Karena setiap saat
ia tidak pernah lepas dari kata-kata romantis, bunga mawar, boneka dari Adrian.
Pada surat terakhirnya, Ia menuliskan “jika aku pergi, sanjunglah ibumu,
hormati kakakmu dan juga ayahmu”. Hanya satu kalimat. Sejak saat itu ia
menghilang dari Putri. Cahaya-cahaya penyemangat Putri pun entah kemana lagi.
Putri merindukannya.
Ia terbangun di pukul 05.00. Ia
tidak tahu apa semuanya ini mimpi. Tak pernah ada kesialan apapun, tak ada
Adrian, tak ada kata-kata romantis, tak ada bunga mawar, apapun. Lalu ia ingat
mamanya, hari ini ulang tahun mamanya. Ia menuju ruang makan, “ma... mama...
happy birthday.. I love you dan maafkan aku ma..” tiba-tiba Putri berkata.
Tak ada hadiah apapun dari
Putri. Tapi Putri punya satu, ia mencium tangan dan kemudian pipi mamanya itu.
Mamanya terharu ia memeluk Putri
dengan eratnya. “Terima kasih, Tuhan” Syukur mamanya. Putri telah kembali pada
sifatnya yang dulu.
Comments
Post a Comment