ALBINISME (Pelangi Putih): 6. Noktah (lanjutan)
Secercah cahaya
datang entah darimana, rasanya hanya dari satu sudut, semuanya gelap gulita.
Namun dari atas kepalaku aku rasa ada cahaya yang seakan mengiringku mengikuti
langkahnya, aku ingin berteriak namun aku tak bisa tak ada daya, tak bisa
sedikitpun suara kubunyikan bahan hanya huruf vokal a. Ku ingin membuka mataku
selebar biasanya namun kelopak ini tak mengizinkannya, aku hanya bisa menatap
samar dalam gelap, semuanya gelap hanya setitik cahaya samar beradu dalam
hitam. Seluruh badanku tak bisa ku gerakkan hanya otot-otot tulang rusuk
belakangku yang aku rasa bisa bergerak itu pun tak berpindah tempat bahkan
hanya satu centimeter, aku hanya merasa itu bergerak.
Hatiku mengatakan
aku harus mengikuti cahaya itu, namun aku takut, diadalam hati ku bergetar “astagfirullah..astagfirullah...”
Karena saking tak
kuasa aku mengahadapi yang aku rasakan sekarang, entah apa, akupun tak jua
mengerti. Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku? Apa aku benar2 akan kembali
pada pemilikku, Allah?
Lalu bagaimana
dengan ibuku? Kak Wikrama dan Aksara? Bahkan aku belum sempat melihat wajah
ayahku semenjak beberapa tahun silam. Bagaimana dengan masa depanku, masa depan
yang ibu rancang dengan cermat dengan biaya-biaya yang bukan dibilang iseng
belaka. Lalu bagaimana cara aku membahagiakan ibuku jika saat ini aku
ditakdirkan untuk selesai? Innalillahi.. akupun terus berucap dzikir tiada
henti sebanyak sebisaku ucapkan.... subhanallah..walhamdulillah..
walaailahaillallah.. waallahuabar...
Aku sendiri tak
mengerti apakah aku terbaring atau tertatih, yang jelas cahaya itu semakin
dekat kurasakan, semakin dekat mendekatiku, mungkin hanya sejengkal dari
kepalaku, dan terus membesar, aku tak berdaya untuk meronta, aku terlalu lemah,
namun terus ku beucap dzikir.. cahaya itu semakin besar... besar...
dekat...luaass.. banyak... bahkan menutupi hitam gulita..semakin jelas kearahku
didepan mataku .. didepan seluruh badanku.. semakin silau.. sangat silau.. lalu
aku ta sanggup lagi mengahadang, tak ada daya menentang, aku tak kuat lagi,
dengan sendirinya tiba-tiba kelopak kedua mataku tertutup damai dalam hening.
bersambung......
Comments
Post a Comment