ALBINISME (Pelangi Putih): 6. Noktah ( ke-3)
Sinarnya membawaku
pada sesuatu yang aneh, seperti dalam mimpi, namun entah mengapa aku tak juga
terbangun, mimpi ini sangat panjang, aku menggigil takut, dadaku rasanya sesak
namun sejatinya aku sama sekali tak merasakan hembusan nafas, tak hanya cahaya,
suara pun mulai terdengar menghiung, seperti suara microfon bila kabelnya tidak
terpasang pas. Suara itu melengking, namun bukan suara manusia, bukan suara
angin atau binatang, aku yakin, bukan pula suara bising penatnya kota besar.
Tak ada suara lain selain suara lengkingan yang anehnya sama sekali tak
mengganggu indera pendengaranku, Apa telingaku rusak? Namun aku tak merasakan
sakit apapun, tapi suara itu membuatku sangat takut, astagfirullah... aku terus
melanjutan dzikir yang tak juga keluar dari mulutku, aku sendirian, tak ada siapa-siapa,
tak bersama apa-apa, hanya dalam gelap mengikuti cahaya yang melaju seakan
menuntunku pada sesuatu, aku tak merasakan kakiku melangkah, seperti sedang
terbang, namun bukan terbang, seperti tak menginjak tanah namun aku terus
melaju.
Disuatu ketika cahaya
itu berhamburan menjadi partikel-partikel kecil, kemudian partikel itu menyebar
menjadi sebuah warna, warna tersebut berubah warna warni, apa ini pertanda kebaikan?
Perlahan tapi pasti warna warna itu merebak, bertebaran membentuk suatu bidang
2 dimensi, dengan warna yang nyata. Bentuknya tak beraturan, kharismanya
menampilkan seperti suatu tayangan, masih abstrak. Namun perlahan membentuk
sebuah arti. Air langit turun namun aku yakin ini bukan hujan, air ini asin. Secepat
kilat cahaya dua dimensi itu menyemburkan sesuatu, aku kaget bukan main.
Semburan ini adalah kumpulan air asin yang tadi jatuh setitik menimpaku. Kini
berhamburan. Aku tersedot terbawa ke dalamnya. Namun hal aneh lainnya, aku tak
tenggelam. Padahal seingatku aku tak pernah bisa berenang, dulu aku selalu
bolos ketika bagian matapelajaran olahraga sewaktu SMA kalau bagian jadwal berenang,
setauku aku paling takut air.
Aku seperti berada
dalam dasar laut samudera Atlantik, kenapa aku beranggapan ini samudera
atlantik? Karena aku seperti melihat air yang berputar. Aku pernah membaca jika
segitiga bermuda menyedot semua yang melewati diatasnya, bukan hanya
kapal-kapal karam, bahkan pesawat yang
melintas jauh diatmosferpun bisa tersedot juga. Bukannya segitiga bermuda yang
kumaksud terletak di samudera atlantik? Dekat benua Amerika. Antara wilayah
teritorial Britania Raya sebagai titik utara, Puerto Riko sebagai titik selatan
dan Miami sebagai titik bagian barat.Katanya hal itu terjadi karena pusat
segitiga bermuda mempunyai titik medan magnet yang sangat kuat. Tak sempat ku berpikir panjang karena
kagetnya, aku tak tahu apa ada magnet yang menempel ditubuhku? Bahkan ku tak
sempat memperhatikan pakaian apa yang aku pakai, apakah aku memakai pakaian
atau tidakpun aku tak sempat menyadari. Dan kenapa disaat seperti ini aku masih
memikiran hal-hal itu? Yang aku sadar bahwa aku tersedot kedalam air laut,
dasar laut, bahkan palung laut, namun aku sama sekali tak bermasalah dengan
pernapasanku, bernafas dalam air. Aku
semakin takut, mataku terbuka lebar tanpa perih sedikitpun. Astagfirullahaladzim....
Tiba-tiba ada
gadis melayang didekatku. Aku melihatnya. Aku bertanya-tanya dalam hati, apa
dia juga senasib denganku tersedot oleh cahaya yang berubah menjadi 2 dimensi
dan menyemburkan dari setitik air langit menjadi kumpulan air raksasa yang
membawaku tersedot kedalam palung laut atlantik?
Gadis itu terombang-ambing
dalam air, tak berdaya, raganya hanya digerakkan atas perintah arus. Seketika
arus itu membalikkan wajahnya percis didepanku. Aku luar biasa kaget.
Astagfirullahaladzim.. Innalillahi.... Aku tak kuasa melihatnya. Matanya terpejam. Itu
wajahku. Aku masih tak bisa berucap dengan inderaku. Hanya berdzikir didalam
hati. Apa daya akupun masih tak bisa meronta apa-apa. Malah semakin terpenjara
oleh air yang menyelimuti seluruh jiwa ragaku ini.
Aku terhempas, aku
melihat jiwaku sendiri keluar dari ragaku. Seolah tak percaya namun ini yang
terjadi. Innalillahiwainna’ilaihi rajiuun... apa aku benar-benar telah selesai?
Apa takdir menemuiku secepat ini? Apa aku telah meninggal? Jadi apa aku yang
telah memilih takdirku sendiri? Astagfirullah.. apa yang telah aku lakukan ini.
Hanya gara-gara alasan yang tak beralasan, aku rela mengakhiri hidupku bersama
laut di waktu itu?
Lalu bagaimana
ibuku, kak Wirama, Aksara, Ayah, calon suamiku, teman-temanku, masa depanku,
masa depan keluargaku? Aku sangat berharap ya Allah kembalikanlah aku kedunia,
aku belum siap menghadapi dunia setelah duniaku. Aku belum bersungguh-sungguh
memerankan peranku sebagai Prameswarisis Cinta Indonesia. Aku ingin kembali..
Astagfirullahaladzim.....
Comments
Post a Comment