ALBINISME (Pelangi Putih): 1. Amatir



Ku merasa orang orang begitu palsu, semua orang berlomba menutupi kekurangannya, keburukannya , kebiasaannya,  terlalu munafik.  Begitu banyak gadis palsu, melalui transgender ia berani mengubah kelaminnya menjadi seorang wanita, dara belia marak mengoprasi tubuhnya menjadi tubuh model semampai nan proporsional,wajah, baju, penampilan, gaya rambut, kosmetik, sepatu, foto hasil 360 di berbagai media sosial, fisik- fisik –fisik selalulah menjadi yang utama. Bagaimana tidak para wanita melakukan seperti itu pun untuk meningkatkan daya tarik, popularitas, agar orang-orang meliriknya, para lawan jenis tertarik padanya, orang-orang mengaguminya karena memang sifat alamiah manusia yang ingin selalu dipuja dipuji. Padahal anggapan itu salah, agama tegas menyatakan bahwa itu semua salah, Tuhan menciptakan segalanya sebagai tantangan konsistenkah manusia terhadap instingnya tentang kebenaran, sehingga jika ia berhasil lolos suatu tahap maka akan naik ke tahap lebih baik dimata Tuhan. Percayalah saat kita berada di puncak kesadaran, kita baru menyadari bahwa segala skenario yang Tuhan ciptakan ternyata lebih indah tak terduga daripada mencoba menghapusnya dengan alur yang diubah sesuai kehendak hati manusia karena desakan riuhnya uforia gaya hidup.

Tapi kepalsuan memang sangat wajar dilakukan, mengikuti perjalanan zaman bukankah orang-orang pasti ingin mencobanya termasuk aku sendiri. Sebentar, ku tatap wajah dan penampilanku dalam kaca,  kulihat lenganku, tampak ada sedikit perbedaan pada kulit tanganku, mungkin aku alergi, ya sudah ku abaikan saja. Melanjutkan bercermin karena pagi ini aku sudah siap untuk bergegas pergi.



Namaku Iris, lengkapnya Prameswariris Cinta Indonesia, tak sedikit orang bila aku mengatakannya meminta agar namaku diulang untuk disebut. Bukan korban fase alayrisme namun faktanya nama itulah yang tercatat di akte kelahiranku. Sedikit menggelitik bila dipahami maknanya, seakan berat dipanggul. Tetap saja karena aku perempuan aku lebih suka dipanggil Iris daripada nama belakangnya tahukah kau Iris itu berarti pelangi dalam bahasa  yunani, kadang aku bangga karena nama belakangku itu, kadang juga aku tersiksa karena nama ini, ketika ku lebih suka film, lagu, barang buatan luar negeri. Ketika ku lebih suka upin-ipin, spongebob, kartun anime jepang daripada menonton wayang kulit. Ketika ku lebih tertarik mengetahui lebih tentang kerajaan inggris daripada kesultanan Yogyakarta. Padahal aku sama seperti orang lainnya berhak menikmati semuanya tidak hanya yang berhubungan dengan negeri ini, namun tetap saja orang ada yang sedikit mengejek lucu atau sampai menyindir pedas, namun aku percaya Tuhan menciptakanku spesial.

Hari ini aku akan pergi ke sebuah galeri lukisan seorang seniman bernama Bapak. Soejinto  yang telah kelompok kami konfirmasi kemarin untuk mewawancarai dan melihat langsung karya-karya seninya yang indah itu, untuk memenuhi tugas salah satu matakuliahku. Aku bergegas, dengan baju kuning yang tertutup blazer coklat polos, jeans pensil cardinalku ukuran 28, flat shoes berwarna biru, dan kerudung pashmina corak kembang-kembang yang ku pasang berbelit mengikuti tutorial yang ku contoh di youtube, juga satu lagi kacamata gaya besar, tas selendang, juga helm yang siap membawaku pada teman setiaku scoopy kuning, dan 3 buah apel merah yang menemaniku hari ini siap mengantarku tiba dikampus untuk berkumpul terlebih dahulu menunggu temanku yang lain. Jadi kami berangkat ke galeri itu bersama-sama.

Aku seorang mahasiswa fakultas sastra semester 4, aku mood booster, happy, ceria, belum pernah pacaran, penyuka apel, penyuka barang antik, penyuka senja. Tampaknya waktu menunjukkan pukul 11 siang, teman-temanku sudah ramai hadir disini, karena dalam kelompokku terbagi dalam 5 orang, aku kebagian tugas untuk memotret lukisan-lukisannya sebagai bahan untuk membuat laporan dalam bentuk makalah nanti.

Nggeengg... ngeengg... motor kami melaju karena kebetulan 5 orang dari kelompok kami masing-masing  membawa motor semua, jadi kami tidak perlu berboncengan seperti biasanya,” hehe biasa mahasiswa kan ngirit kan uang jajan yang dikasih orangtua kan pas-pasan” celotehku. Tak lama kami tiba di sebuah galeri, seperti sebuah museum, depan gedungnya tertulis  Indonesian Painting Expo” ternyata disini adalah pameran lukisan dari para seniman-seniman jalanan yang tersebar seluruh Indonesia, dan tahukah apa yang mengagetkanku? Ternyata lukisan-lukisan jalanan ini dijual dengan harga yang bisa bikin kita jantungan, berkisar antara 15 juta keatas, bukan sembarangan, memang indah-indah, abstrak namun penuh makna yang dalam tersirat. Karena ku tak punya camera canon khusus fotografer, aku pakai saja hape samsung galaxyku ini bagus kok hasil gambarnya 5mp, dan tak ketinggalan juga aku bawa kodak yang sedari tadi menggantung di leherku menghalangi accesories kalung bermata seperti ban dari kayu ini. Sebentar, kodak??? Iyaa!! Sudah kubilangkan aku penyuka barang antik, meskipun orang-orang sekitarku melihatku dengan tertawa kuning, aku pede saja, lagi pula teman-temanku sudah tahu bagaimana karakterku, inilah aku, walau cara cetaknya sangat rumit mulai dari klise, cuci film, jika ingin softcopynya harus di scan dulu, dll aku suka hasil dari kodak ini, tak mengalahkan kwalitas seperti camera di hpku ini, namun tetap saja untuk laporan makalah kami gunakan foto yang kuambil dari hape, kodak untuk koleksi pribadiku saja.

Tiba-tiba ku terpaku dalam sebuah lukisan bertema kepalsuan karya bapak Soejinto, kami lalu bertanya apa makna sosial yang ada dalam sebuah lukisan ini, lukisan ini mendeskripsikan tentang perilaku orang jaman sekarang yang menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhan hidup. Sangat dalam memang maksud yang ingin Bapak. Soejinto paparkan ini, aku jadi teringat akan kepalsuan-kepalsuan yang tadi pagi aku pikirkan. Dalam lukisan berukuran 50 x 70 ini bergambar orang-orang dengan pakaian tradisional dengan lingkungan yang modern dengan warna abstrak yang mendalam. Bapak Soejinto mulai menjelaskan "memang tuntutan jaman sekarang ini menjadikan manusia lupa pada lintasan yang benar, manusia tertekan bisa mendadak jadi buas dan liar, karena laparpun manusia seolah mengubah wujudnya menjadi seekor harimau buas yang dihidangkan rusa-rusa nan malang. Malangnya, ternyata semakin banyak harimau yang berkeliaran. Banyaknya orang itu palsu, mengaku-ngaku memiliki ini itu padahal kenyataannya, nol.  Memang harusnya positif thinking sama orang karena mungkin menurut persepsi orang bisa jadi kita pun palsu. Nobody is perfect, namun mencoba melakukan hal sebaik mungkin terhadap suatu persoalan adalah hal terbaik yang bisa dilakkukan". Bapak. Soejinto juga  menambahkan, “amanatnya tak untuk mencurigai atau menilai orang sebelah mata, namun introspeksi diri sendiri, masalahnya bukan bagaimana orang dimata kita, namun ubahlah mindset kamu jadi bagaimanakah kita dimata orang. Dari sedikit menebar senyum saja sudah mencerminkan bahwa kamu adalah orang yang baik, mengerti sopan santun.  Kuncinya adalah sayangilah orang-orang disekitarmu, maka mereka akan menyayangimu. Sosok jujur akan lebih dipercaya dan disukai orang, itu terbukti dari beberapa abad yang lalu hingga sekarang”. Nah itu sedikit uraian yang bapak. Soejinto jelaskan tentang makna dari lukisan kepalsuan ini. Ternyata bapak seniman yang satu ini sangat filosofis sekali, membuatku tak percaya kalau ia tak menginjak bangku sekolah tinggi.

Krubuk.. suara cacing diperutku ternyata, tiba-tiba bapak. Soejinto dan temanku tertawa, antara ingin tertawa keras dan malu jika mengganggu pengunjung yang lumayan ramai berkunjung. Aku ingat hari ini aku membawa 3 buah apel ditasku. Tak sungkan ku keluarkan semua dan kusuguhkan pada mereka. “Maklum pak dia pecinta apel” tangkas salah satu temanku.

Lalu kami menikmati apel yang kubawa dalam potongan pasi yang dibelah pisau dalam sebuah piring.

Pelajaran yang menyadarkanku akan arti  kejujuran dan keapa adanyaan, jadi jika kamu enjoy, kamu nyaman dengan apa yang ada pada dirimu maka itulah dirimu, biarkan orang lain terpukau dengan sifat keapa adaannya kamu, seorang Syahrini saja bisa disukai para fans karena tingkahnya yang mengguncang dunia, walau banyak yang membenci, tetap saja yang menyukainya lebih banyak.  Dan kejujuran membuatmu lebih berkarakter, tahukah kamu bahwa dunia lebih menghargai orang yang kuat karakter daripada yang labil. Begitu gumamku ketika scoopy kuningku membawaku pulang kearah rumah. Seketika kulihat jam tangan yang berarah pada angka 1.45 aku melihat bercak putih ditanganku tak begitu samar lagi, lebih jelas dan lebih meluas. Aku berpisah dengan teman-temanku, kami mengambil jalan yang berlainan, aku menuju sebuah masjid untuk menunaikan ibadahku dulu karena waktu sudah mepet.

Kuambil air wudhu rasanya segar sekali, alhamdulillah. Segala penat terlepas ketika ku meneduhkan jiwaku dirumah Allah, ku semakin tersadar bahwa Allah tak hanya menciptakan makhluk, tempat, tetapi juga kejadian dan situasi untuk dipelajari oleh umatnya. Allah maha besar sekali. Sebelum pulang, ibuku memberitahu agar aku mampir kepasar untuk membeli keperluan sayuran untuk dirumah dahulu, ibuku tak percaya pada sayuran yang dijual di pasar swalayan yang sudah terbungkus per cup dan ditaruh dimesin pendingin. Ibuku menyuruhku untuk membelinya kepasar, lebih murah, banyak, segar, dan bisa ditawar. Aku tak pernah melewatkan kedai buah jika pergi kepasar, untuk apa? Buah apel merah. Kemudian diatas tumpukan cabe, bawang, kol, bayam, dll terdapat sekilo apel merah dalam kresek hitam  yang kujinjing menuju si skuter kuningku.
Menuju pulang kerumah aku pasangkan sepasang headset di kedua telingaku, ku putar lagu era-90an, serasa sedang syuting ftv, kunikmati liriknya dan ban motorku berputar hingga membawaku pulang kerumah.
               
                                                                                 ***

Comments

Popular Posts