Tinta Kertas dan Imajinasi ~
Aku sudah terbangun ketika senja masih terjaga, langit tampak tak berseri namun hatiku tenang, damai, daun tersipu angin sore yang berada tepat disamping sebuah rumah sederhana dengan lukisan pesawahan yang menguning padinya karena telah memasuki musim panen. Aku menulis entah dengan kebohongan atau hawa nafsu yang sekadar hanya ingin merasakan sebuah popularitas dan kegilaan pada kehormatan, tapi entah itu sebuah dorongan bahwa aku jujur tentang apa yang kurasakan bahwa aku bisa maju dengan hobby yang kumiliki, aku berharap hobby ini adalah bakatku yang bisa ku kembangkan sehingga menjadi inspirasi dengan kalimatku ang sederhana, bisa menarik dan mudah dicerna para pembaca.
Aku ingin menjadi seorang penulis, I'm a writer, aku belajar sastra aku belajar menulis. Seketika aku menumpahkan segala isi pikiranku yang entah kenapa tak bisa ku hentikan, rasanya aku ingin tetap menulis dan terus menulis saat pikiran, hati dan logika ku menyatu. Aku menulis dengan sorot mata yang tak tertuju pada tinta dan kertas tetapi indera penglihatanku ku bebani tugas ia untuk menyeimbangkan perassan dan pikiranku. Aku tampak seperti orang melamun dan seluruh lamunanku ku tuangkan pada tumpukan kertas yang kusandarkan pada kaki kananku. Karena menulis tidak butuh kedisplinan, tapi mood yang akan mendisiplinkan diriku. Aku tak perlu memaksa diriku menjadi seorang disiplin dengan posisi yang benar untuk menulis.
Setahun aku vacum dari dunia tulisan aku tak pernah mencoba menjadi penulis lagi mungkin karena cita-citaku untuk menjadi seorang jurnalis telah sirna dan ak sadar itu hanya kemauan sesaatku. Ini hari pertamaku memadukan kembali tinta, kertas, dan imajinasi. Selamat datang kembali untuk jiwa lamaku.
Aku ingin menjadi seorang penulis, I'm a writer, aku belajar sastra aku belajar menulis. Seketika aku menumpahkan segala isi pikiranku yang entah kenapa tak bisa ku hentikan, rasanya aku ingin tetap menulis dan terus menulis saat pikiran, hati dan logika ku menyatu. Aku menulis dengan sorot mata yang tak tertuju pada tinta dan kertas tetapi indera penglihatanku ku bebani tugas ia untuk menyeimbangkan perassan dan pikiranku. Aku tampak seperti orang melamun dan seluruh lamunanku ku tuangkan pada tumpukan kertas yang kusandarkan pada kaki kananku. Karena menulis tidak butuh kedisplinan, tapi mood yang akan mendisiplinkan diriku. Aku tak perlu memaksa diriku menjadi seorang disiplin dengan posisi yang benar untuk menulis.
Setahun aku vacum dari dunia tulisan aku tak pernah mencoba menjadi penulis lagi mungkin karena cita-citaku untuk menjadi seorang jurnalis telah sirna dan ak sadar itu hanya kemauan sesaatku. Ini hari pertamaku memadukan kembali tinta, kertas, dan imajinasi. Selamat datang kembali untuk jiwa lamaku.
Comments
Post a Comment