ALBINISME (Pelangi Putih) : 5. Retro
Hidupku tak sempurna, aku rindu sosok ayah yang sayang pada
ibu dan aku, entah dimana dia sekarang yang telah menelantarkan kami. Aku tak
peduli, aku tak mau ibu peduli, aku tak peduli kakak dan adikku mau peduli atau
tidak. Dari luar mungkin keluargaku terlihat seperti keluarga sempurna yang
saling menyayangi satu sama lain.
Namun dibalik itu, aku tak pernah melupakan kejadian 9 tahun
yang lalu dimana, sosok ayah yang ku kenal tak lebih dari sosok seorang pecundang. Setiap hari ibu dimarah-marahi,
dipukul, dicaci dengan kata yang tak pantas, saat itu aku masih SD, kakak SMP, dan
kita masih terbilang terlalu kecil untuk merasakan ini semua. Sejak saat itu
aku menjadi pemurung dan diam, aku sulit bersosialisasi, aku sering merasa
menjadi pribadi yang paling minder, jauh dari rasa percaya diri, begitupun
kakakku menjadi pribadi keras kepala dan pembentak, berbeda dengan adikku
karena ia masih belum mengerti tentang apa yang terjadi pada ayah dan ibu.
Mengapa aku teringat hal itu? Tadi sewaktu pulang kampus,
temanku Ameera dijemput oleh ayahnya menggunakan vespa, sederhana tapi terlihat
begitu dekat, ayahnya begitu memanjakannya, mencium kening anaknya sebelum ia
naik ke vespa ayahnya. Aku sedikit iri.
Di sebuah jejaring sosial feacebook, ayah Ameera mempunyai
akun tersebut, foto-foto, komentar, statusnya, membuatku iri, aku juga ingin
seperti itu. Ayahnya memasang foto profil ketika beliau sedang mencium pipi
anak satu-satunya itu. Di foto-foto lainnya terdapat beberapa potret foto
keluarga, antara ayah, ibu dan anak itu. Berbagai moment yang mereka lalui
bersama, sebuah keluarga dengan kesempurnaan, ketika di sebuah rumah makan, tempat
wisata, terdapat foto Ameera disuapi oleh ayahnya, dipeluk ibu dan ayahnya.
Ayahnya sering update tentang keluarganya. Begitupun dengan Ameera sendiri, ia
selalu memperbarui timelinenya itu dengan isi-isi betapa harmonisnya keluarga
mereka.
Sedang ayahku? Yang aku ingat dulu kami pernah tinggal
serumah namun ia pergi meninggalkan keluarga kami dengan sejumlah hutang-hutang
dan kesengsaraan. Ibu terlihat tidak terawat sekali,kulit kaki dan tangannya kasar. Kak Rama sering
melawan ibu dan membentak aku juga Aksara. Kami melalui proses yang sangat
panjanguntuk bisa bangkit seperti ini.
Ayah setiap hari membentak ibuku, bila bicara semuanya kasar,
menghina ibu karena berasal dari keluarga tak punya, pengetahuannya secuil
jari, kuper, tak tahun apa-apa tentang kemodernan, gara-gara hal kecil pun muda
sekali marah. Dan marahnya membuat kami kelaparan, berhari-hari ibu tidak
diberi uang belanja, ibu harus berhemat sehemat mungkin, demi cukup membeli
beras saja, karena kami cukup hanya makan dengan garam. Nasipun dijatah supaya
cukup untuk hari esok. Itulah perihnya keluarga kami dulu.
Hal yang paling ku ingat, saat itu ayah menendang kepala
ibuku sampai ibu pingsan, dan ibu tak melawan atau apapun, betapa sabarnya ia.
Aku menangis histeris, aku takut kehilangan ibuku, aku sayang ibu, aku terlalu
benci dia Kejadian itu terjadi didepan mataku sendiri, aku menyaksikannya. 2
kali laki-laki itu melakukan pada ibu, yang kali kedua terjadi beberapa tahun
kemudian, saat orang-orang bersorak sorai bersuka cita menyambut tahun baru,
aku menyaksikan kejadian lain dan suara teriakan yang lumayann kencang, dan
untungnya tetanggaku tak ada yang mendengarnya, karena itu privasi keluargaku,
bukankah jika orang lain tahu itu sama saja bahwa orang itu sedang membuka aib
keluarganya sendiri? Beberapa tahun aku tidak suka tahun baru.
Dimana dia sekarang? Apa dia mengingatku? Mengingat ibu?
Mengingat kami? Ketika tahun baru itu aku kira kita akan keluar melihat kembang
api bersama-sam dengan kak Rama dan Aksa, tapi aku tak berharap tinggi setelah
mereka bertengkar, bahkan bertengkar hebat seperti itu. Aku hanya pura-pura
tidak tahun dan kembali ke tempat tidur karena memang sudah larut. Aku menangis
di kamar tidur, aku tak bisa apa-apa, dan sampai sekarang aku tak pernah tahu
apa kak Rama dan Aksa tahu tentang hal ini.
...............................to be continue
Comments
Post a Comment