Kamuflase Fatamorgana
Samar, kata itulah yang tepat untuk
mendeskripsikan dia yang entah siapa dan dimana. Perumpamaan yang tak tentu berarah,
penantian selama 21 tahun kurang 15 hari tak kunjung sampai, dimanakah dia?
Bagai lukisan abstrak yang memiliki makna
tersirat, bayanganmu seperti fatamorgana bagiku, sekilas seperti seberkas asap
lilin yang samar tak begitu tergores dikegelapan.
Mungkin garis antara kamu dan aku belum melaju
sampai di titik temu, hanya masalah waktu. Waktu dan tempat yang telah tergaris
telah terencana oleh skenario sang pencipta hingga kau dan aku bersama dalam
satu ruang dan waktu
Untuk saat ini aku hanyalah figuran dalam
kisah drama romantisme teman-temanku, suatu saat nanti aku janji aku akan jadi
pemain utamanya.
Sekilas ku lirik sekitarku, tak ada yang
menarik tak ada hal yang membuatku terpukau. Tak ada sesuatu yang sedang
kutunggu atau sedang menungguku.
Tak beberapa menit, seperti biasa aku selalu
tertekan ketika melihat layar ponselku berisi 1 buah pesan teror yang hampir
setiap hari kutakuti, tak ada seorangpun tahu, isinya hanyalah kata-kata kasar yang
aku rasa gadis lembek sudah pasti jatuh dan menyerah dan habis jika tak kuat
mental jika mengahadapinya.
Sehari kadang berisi 1 bahkan 2 bahkan lebih
dan beberapa panggilan tak terjawab yang selalu ku abaikan, aku takut dengan
kata-katanya, mimik muka dan penampilannya yang seperti singa betina yang
mengaum ketika tawanannya seekor rusa berhasil melarikan diri.
Aku terus menjadi sandaran teman-temanku untuk
bercerita entahlah mungkin aku seorang pendengar yang budiman, padahal aku
sangat tertutup tentang privasiku kecuali tentang cinta, tapi karena tak ada
kisah cinta yang menghiasiku apalah hal untuk aku ceritakan pada mereka, kisah
kelam memprihatinkan tentang hidupku? Untuk apa? Untuk memungut rasa kasihan?
Aku tak mau mereka menyayangiku karena drama ironiku tapi karena aku yang
ceria, optimis, semangat, baik hati dan selalu ada untuk mereka.
Ohh jodohku, siapa kamu? Kadang aku selalu
ingin berbagi segalanya tentang hidupku berasamamu ketika ketegaranku berada
dititik terendah dan kita saling berbagi, namun nyatanya ku hanya berbagi
dengan angan, hanya menulislah yang aku bisa lakukan untuk sekarang, meleburkan
semua keluh kesahku saat aku ingin menyerah dan merasa tak kuat lagi.
Kamu sang kamuflase fatamorgana yang hanya
tersirat dalam bayangan, yang belum menemukan titik temu untuk berada dalam
satu ruang satu waktu. Kamu yang hanya ada satu diduniaku. Jangan muncul ketika ku masih begini, munculah
ketika ku telah jadi seorang wanita dewasa yang memukaumu. Aku belum siap aku
hanya tak ingin kau melihatku saat ku ada di titik terendah yang selalu murung
dan menangis, hanya akan merepotkanmu saja. Munculah ketika ku menjadi
seseorang yang kuat, anggun, pintar, semangat, ceria. Hingga kau selalu
mengagumiku dari sudut manapun.
Dan ku sadar untuk sekarang kau hanyalah
kamuflase fatamorgana abstrak, nanti saat kembang sepatu mekar, sang kupu-kupu
berasayap indah pun datang, ketika garis lintang dan garis bujur membentuk
suatu titik temu, disanalah kau akan menemukanku.
Comments
Post a Comment